Langsung ke konten utama

Postingan

Blues on The Bus (Etnografi Transportasi Bagian 2)

Kantor Unit Parangtritis YK. Perjalanan dari Jogjakarta menuju Malang via Surabaya pada tanggal 31 Maret 2013 meninggalkan suatu pengalaman yang menurut saya menarik. Luar biasanya terletak pada pengamen di bus yang berbeda dari biasanya. Musik yang ditampilkan oleh pengamen ini bukan musik yang pada umumnya ditampilkan seperti dangdut, campursari, rock, lagu balada sampai lagu ciptaan sendiri. Tapi pengamen yang ada pada video amatis tersebut adalah unik karena menyanyikan lagu Blues .   Selepas pintu tol keluar daerah Porong, bus Restu melaju menuju kearah selatan. Saat melintas Japanan sempat berhenti sejenak dan beberapa saat kemudian terdengar suara agak paruh dari sosok yang membawa gitar dan berambut gondrong. Awalnya saya mengira kalau pengamen ini akan menyanyikan lagu-lagu balada macam Ebiet atau Iwan Fals. Ternyata perkiraan saya salah, karena pengamen ini menyanyikan lagu blues dengan penuh penjiwaan. Nampak beberapa penumpang terlihat menerima tanpa merasa terganggu wa...

Oplosan dalam Bus: Etnografi Transportasi (1)

Kumis Kucing Room-Malang.  Prolog Transportasi adalah bagian dari kebudayaan, bahkan dapat dimasukan sebagai salah satu tambahan dari unsur-unsur budaya. Tanpa transportasi tidak akan ada perpindahan manusia beserta  barang bawaannya termasuk budaya. Sebuah tulisan bersambung yang membahas transportasi massal berdasarkan pengamatan dan wawancara sambil melakukan aktivitas nglaju mingguan AKAP (Antar Kota Antar Provinsi). Jogjakarta-Malang via Surabaya pp setiap minggu dapat menjadi sebuah alternatif dalam melakukan kajian etnografi.  1 Febuari 2013 ketika dalam perjalanan menuju Surabaya dengan armada PO Sumber Group, W 7006 UZ terlihat tiga pengamen dalam masuk ke dalam bus. Setelah bercanda sejenak dengan awak bus, mereka menuju bagian tengah bus. Suara gitar kecreng (gitar kecil) berpadu dengan kemricik suara dari pipihan tutup botol sebagai backsound dari suara lantang nyanyian seorang perempuan yang mendayu. Irama yang menghentak dari kendang modifikasi ala pipa p...

Formula Fungsionalisme Malinowski

Pengajian Kamis Siang FIB UGM. "Lapar adalah dorongan instingtif yang oleh manusia dikembangkan tanggapan kultural dalam penyediaan makan sampai konsep makan itu sendiri" (Ustad H) Kali ini pengajian kamis siang membahas tentang Formula dari teori Fungsionalisme yang dikemukakan oleh Bronislaw Malinoswski  (1884-1942) . Malinowski adalah pendiri profesi antropologi sosial di Inggris dengan menekankan pada pengenalan secara intensif melalui penggambaran dalam penelitian lapangan mengenai suatu masyarakat komunitas yang eksotis. Perspektif yang digunakan adalah penceritaan seperti novel yang masih menggambarkan sosok integral antropologi sosial Inggris. Malinowski adalah ujung tombak dalam revolusi para fungsionalis. Pendekatan yang saat awal kemunculan fungsionalisme sedang menjadi pusat perhatian adalah evolusionisme dan difusionisme. Keduanya mengarah pada perkembangan dan tahapnya dalam mengkaji kebudayaan dari waktu kewaktu beserta pengaruhnya. Fungsionalisme didasarkan p...

Spekulasi atas Asal Usul Agama

Asal Mula agama- primitif Dari mana asalmuasal agama ?  Secara  genealogis agama apakah mempunyai berbagai bagian dasar sebagai asal mula suatu ajaran? Berdasarkan pembacaan pada buku  keberadaan agama sama tuanya dengan masyarakat. Berbagai praktik keagamaan telah berkembang di berbagai penjuru dunia seperti di daerah Eropa dengan masyarakat Cro-magnon.   Perkembangan peradaban besar yang menyebar di berbagai penjuru juga mempengaruhi keberadaan praktek keagamaan misalnya di Mesir Kuno, Mesopotamia, India, Iran dan China. Jika kita  melihat praktek keagamaan yang ada beserta hasil budaya materialnya, muncul pertanyaan dari mana agama ini berasal?. Sebagaimana pemikiran Alfred  North White Head agama adalah buah karya dari kesendirian manusia ( human / own soliterines ). Kesendirian manusia melahirkan perilaku berpikir yang reflektif, berisi perenungan yang mendalam tentang kedirian dan asal diri yang nantinya berpangkal bahwa apa yang ada pasti ada yang me...

Alak dan Laki: Sebuah Analisa Antropologi Linguistik

(Jogjakarta -1 Maret 2013) Manusia berdasarkan jenis kelamin dibedakan atas laki-laki dan perempuan. Ada pula yang menyebut pria dan wanita, priyo dan wanito ( wani ditata-bisa diatur). Pembagian atas dua hal ini didasarkan atas faktor kultural karena pada dasarnya pembagian gender yang membedakan bentuk fisik lepas dari perlakuan yang berbeda di antara keduanya. Permasalahan yang terjadi, dalam konteks sosialbudaya terdapat dualitas antara maskulinitas dengan feminim. Tulisan ini lebih menekankan pada aspek maskulinitas dalam kebahasaan. Seperti kita ketahui bahwa bahasa adalah unsur penting dalam komunikasi. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan dan juga hasil dari kebudayaan. Kata -alak dan laki-laki menjadi pokok kajian dalam tulisan saya kali ini. Bahasa secara kultural dimasukkan dalam kajian antropologi Linguistik.  Antropologi Linguistik menurut Sibarani (2004:50) adalah cabang linguistik yang mempelajari variasi-variasi dan penggunaan bahasa dalam hubungannya deng...

Review Buku Mythologies karya Roland Barthes (1957)

Buku Mitologi karya Roland Barthes yang diterjemahkan menjadi “Membedah Mitos-mitos Budaya Massa: Semiotika atau Sosiologi Tanda, Simbol dan Representrasi”. Pada bab terakhir mitos dewasa ini adalah bab yang memberikan penjelasan lengkap dan komprehensif tentang mitologi yang berkaitan dengan fenomena dan benda-benda yang ada di sekitar kita yang kerap dianggap remeh seperti iklan, fotografi, tayangan televisi sampai pada jargon iklan, namun bersifat aktual. Dan yang menjadi kajian utama dalam buku ini adalah foto seorang negro yang mengenakan seragam tentara sedang member hormat pada bendera Prancis. Gambar ini bermakna ganda sebagai bentuk kesetiaan warga yang multikultur di Prancis dan  imperium yang bersifat rasial di Prancis. Mitos dalam buku ini bukan sekadar cerita yang terjadi pada masa lampau, legenda dan sebuah retotika yang bersifat naratif serta tidak bisa terbantahkan. Mitologi atau mitos menurut Roland Barthes bisa disamakan dengan “ideologi”. Beberapa catatan yang me...

Indonesia di Mata (mata-i) Post Kolonial karya Budi Susanto, S.J. (editor)

Susanto, Budi, S.J. 2010. Indonesia di mata (mata-i) Post Kolonialitas.Jogjakarta: Penerbit Kanisius. Buku bunga rampai yang diedit oleh Budi Susanto, S.J berisi tentang kajian post kolonial dalam melihat negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia dan India. Dalam konteks sejarah pada masa penjajahan antara India dengan Indonesia memang telah ada pertalian nama di kalangan bangsa barat untuk menyebut India depan dan India belakang (Indonesia / Hindia Belanda). Karya-karya penulis dalam buku ini yang tergolong penulis aliran orientalis berupa membedah kebudayaan negara-negara yang menjadi sasaran sepak terjang kolonialis barat dengan mencari nilai esensi budaya dan sistem kemasyarakatan yang telah ada dalam masyarakat tersebut, selanjutnya dibuat dari data yang ada dibuat untuk kepentingan kolonial sendiri termasuk dalam menggulirkan wacana tentang identitas, kultur sampai sejarah. Penulisan dalam buku ini menggunakan kata “saya” yang dalam penulisannya ada beberapa yang menyatakan p...