Langsung ke konten utama

Kopi, Kompetisi dan Konspirasi

Malang, 15 September 2013
Kopi menjadi bagian dari kuliner yang telah mendarah daging bagi sebagian masyarakat. Hasil olahan dari biji yang dalam penemuannya secara tidak sengaja oleh seorang penggembala di Ethiopia pada perkembangannya dalam lingkup sejarah panjang. Dari tanaman yang sekadar diseduh untuk menambah semangat menjadi sebuah komoditas perdagangan yang mendunia. Kebiasaan minum kopi (ngopi) menjadi perilaku reguler dalam kehidupan beberapa kalangan di Nusantara. Sebagaimana iklan di salah satu produk kopi: Secangkir kopi untuk Indonesia.

Kopi, Cangkir dan Lepek
Asumsi yang beredar bahwa minum kopi memberikan semangat lebih. Secara medis ini terjadi karena zat kafein yang terkandung di dalamnya. Saya sendiri mengenal kopi sejak masa SD dan menjadi pecandu kopi sejak SMP, sampai sekarang tidak bisa lepas dari kopi apalagi jika hari menjelang sore. Kopi mempuyai makna bukan hanya sekadar biji dan minuman namun lebih dari itu. Kopi dapat menjadi komoditas yang secara ekonomi memberikan penghasilan lebih, di sisi lain kopi dan ngopinya dapat menjadi gaya hidup sampai melahirkan mitos akan kopi itu sendiri. Kopi dapat menimbulkan perilaku lain yang tidak sekadar minum namun ada kebiasaan nyete (melukis bubuk kopi pada sebatang rokok). Dari sini sampai melahirkan kompetisi, ada perlombaan nyete di Tulungagung.
 
Kopi dan Rokok (Tiwultoon)
Adu Asap (Tiwultoon)
Berbicara soal kopi dan kompetisis, langsung terlintas kartun yang saya ciptakan untuk meramaikan Jawa Pos Cartoon and Comic Contest 2009, Tiwul yang sedang beradu asap dengan temannya ketika ngopi. Kopi dan rokok menjadi sesuatu yang tidak bisa terpisahkan dan dari keduanya terdapat percabangan lain yang dapat dikatakan sebagai efek samping. Kemunculan warung lesehan, caffe, sampai pada seluk beluk lainnya seperti kompetisi dagang, ragam pemasaran sampai konspirasi. Kopi tidak hanya sekadar biji namun menjadi penyebab lahirnya kebiasaan coffe break yang identik dengan lobi-lobi sampai konspirasi. 
Kopi dapat melahirka visi - misi sampai lobi-lobi untuk mencapai tujuan tertentu, dari yang positif sampai tujuan yang negatif. Dari pembangunan sampai penghancuran, secangkir kopi dapat menyebabkan sebuah pergerakan sosial (social movement). Kalau kita melihat film wajib masa ORBA yang ditayangkan setiap malam menjelang hari kesaktian Pancasila, ada salah satu adegan yang menggambarkan bagaimana D.N Aidit dan kelompoknya mengadakan rapat dengan kopi dan rokok. Digambarkan bahwa selama rapat malam itu sampai habis berbatang-batang rokok dan kopi bergelas-gelas. 
Kopi juga dapat menciptakan identitas selain masalah gaya hidup. Setelah saya telusuri kopi dan ngopi implementasinya bukan sekadar makan atau minun namun dapat menjadi sebuah identitas, kompetisi sampai awal menuju konspirasi. Segala efek sampingan kopi terutama bagi yang berlebihan selain dapat menimbulkan gangguan jantung bagi peminumnya juga menganggu jantung orang lain karena deg-degan dengan berbagai kebijakan yang dihasilkan oleh orang 'kuasa' yang ngopi. Salam ceria dari warung kopi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEORI RESIPROSITAS

Dewasa ini banyak ahli antropologi ekonomi yang menaruh perhatian terhadap gejala pertukaran yang menggunakan uang. Perhatian seperti ini sangat penting sejalan dengan kenyataan bahwa transformasi ekonomi tradisional menuju sistem ekonomi modern sedang melanda di berbagai tempat, sejak berkembangnya penjajahan sampai pada masa globalisasi sekarang ini. Resiprositas yang menjadi ciri pertukaran dalam perekonomian tradisional sedang berubah dan berhadapan dengan sistem pertukaran komersial. Sistem pertukaran mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap barang dan jasa, kesejahteraan hidup warga masyarakat disamping dipengaruhi oleh sistem produksi yang dipakai juga dipengaruhi pula oleh sistem perkawinan yang berlaku. Beberapa ahli telah mengulas konsep resiprositas dari Polanyi untuk menerangkan fenomena pertukaran dalam masyarakat yang menjadi perhatian mereka (Dalton, 1961;1968; Sahlins,1974; halperin dan Dow,1980). Secara sederhana resiprositas adalah p...

The Other Side of Heaven (Sebuah Resensi Film)

Menjadi seorang yang bisa dihargai dan diterima orang lain, kita harus pandai beradaptasi dengan lingkungan sosial yang ada. Itulah kata ringkas yang saya ambil setelah melihat Film The Other Side of Heaven. Film ini saya copy dari seorang teman yang bernama kerabat Bayu 'Kuro' Mahasiswa Antrop Unair  yang suka koleksi film yang tidak umum.  Film ini diambil dari kisah nyata dari seorang misionaris John H. Groberg yang berasal dari Amerika yang melakukan misi pelayanan firman Tuhan di daerah kepulauan Pasifik Selatan tepatnya di pulau Tonga pada tahun 50-an. Film yang berdurasi 113 menit ini diproduksi oleh Studio Walt Disney dan yang menjadi sutradara adalah Mitch Davis .  Sinopsis Berawal dari panggilan tugas untuk menjadi misionaris yang memberikan pelayanan di daerah Pasifik Selatan tepatnya di Pulau Tonga, John Groberg mendapat restu dari orang tua dan pacarnya, Jean,  akhirnya memutuskan melakukan pelayaran menuju luar Amerika tepatnya di Fiji. Fiji adalah cob...

Manusia dan Kebudayaan di Indonesia karya Prof. Koentjaraningrat

Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan Buku Manusia dan Kebudayaan di Indonesia adalah karya perdana dari para dosen Antropologi generasi pertama tanah air yang dimotori oleh Prof. Koentjaraningrat (Selanjutnya saya sebut dengan Prof Koen). Buku ini adalah karya etnografi yang hampir sebagian besar dihimpun dari data pustaka oleh berbagai macam antropolog masa perkembangan awal di Indonesia. Buku ini adalah representasi kebudayaan Indonesia dengan berbagai kompleksitasnya yang tersebar dari Sabang sampai Maeruke. Berdasarkan keterangan dari Prof.Koen pada bab pembuka yang menyatakan bahwa data yang diambil adalah data pustaka. Saya membaca buku ini merasa seperti bertamasya dalam keragaman dan kompleksitas kebudayaan di Indonesia yang dijelaskan dengan format khusus yang seakan baku. Format khusus yang saya maksud setelah membaca buku ini adalah pada setiap pembagian kebudayaan yang dibahas tampak penjelasan sistematis yang dibakukan m...