Langsung ke konten utama

Review Kuliah Umum "Embodiment" bersama Prof. Dr. Annete Hornbacher

Tanggal 8 Agustus 2012 menjadi awal saya menuntut ilmu di Jogja, sembari mengurus persyaratan untuk sekolah lagi saya sempatkan untuk datang menghadiri kuliah umum. Inilah momentum dua kali saya menjadi mahasiswa KW di UGM. Jika pada masa skripsi menyusup di mata kuliah Antropologi Visual yang diampu oleh Prof P.M Laksono, pada kuliah umum ini saya menjadi "mahasiswa" UGM kembali. Kuliah ini menghadirkan Prof. Dr. Annete Hornbacher dari Institut Fur Ethnologie Karl-Ruprecht Heidelberg Universitat dengan pokok bahasan tentang Embodiment. 
Siapa sangka kuliah yang dimoderatori oleh Mas Lono (yang kini menjadi pembimbing tesis kesayangan) lebih banyak menggunakan bahasa Inggris. Kalau masih 'jalan' gigi satu saya masih paham tapi kalau berbicara sedikit ngebut saya cuma manggut-manggut, ya inilah pertama kalinya merasakan kuliah dengan menggunakan bahasa Inggris.
Berikut beberapa catatan selama mengikuti kuliah umum:
Pendekatan secara kritis perlu digunakan untuk kritik kebudayaan terhadap kajian embodiment. Kajian ini menggunakan perspektif orientalisme, bagaimana relativitas kebertubuhan dari dua sisi yang berbeda, antara barat dan timur.
Sebagai contoh seorang seniman tari bernama Hijikata Tatsumi yang melakukan tarian di atas ladang padi menjadi kajian dalam embodiment, sebagaimana juga Anthonin Artaud (1896-1936). Kebertuh
uhan merupakan diskursus yang mendalam, embodied terdiri atas dua aspek yaitu cultural transformation dan knowledge and creating culture. Menggunakan contoh tradisi India terutama pada gerak tarian dapat dikatakan sebagai habitus yang merefleksikan perilaku tertentu dengan teknis yang luar biasa (extraordinary technique). Berbeda dengan tari Bali yang dapat dikatakan lebih abstrak dan penuh keterkejutan.
Penelitian tentang kebertubuhan di Indonesia dilakukan oleh Walter Spies (1895-1942) yang mengadakan penelitian di Bali dan Jogja tentang gamelan, khusus Bali memilih kawasan Ubud dan Sukawati.

"Teaching us what theatre should always have been"

Tubuh mempunyai beragam makna, tubuh bukan sekadar sekumpulan organ namun dapat diwacanakan lebih luas. Tubuh dapat berbicara sehingga dikenal apa yang kita kenal dengan bahasa tubuh yang dapat dikembangkan menjadi body language dan language of the body. Kebertubuhan melalui suatu proses yang disebut admirable intelectuality, hingga pada akhirnya ada wacana tentang tubuh. Tubuh dapat menjadi obyek dan proyeksi, semua dapat dihubungkan dengan berbagai aspek dari sosial sampai religi.
Merujuk pada pandangan Mauss tentang tubuh, bahwa tubuh terdiri atas tiga perspektif yaitu sebagai obyek dengan gerak gesture yang dapat kita amati, teknik kebertubuhkan dan tubuh secara kultural. Pandangan dan perlakuan atas tubuh melahirkan gerak yang didasarkan pada keseharian (habitus) dengan gerak yang diada-adakan misalnya gerak tari.

Mas Lono in Action
Kuliah umum ini ditutup dengan serangkaian diskusi yang merefleksikan bahwa fenomena kebertubuhan (embodiment) menjadi hal yang komplek karena melibatkan aspek intersubyektifitas dan kontemplasi yang mendalam.

Itulah beberapa catatan hasil kuliah umum yang sepanjang kurang lebih dua jam perkuliahan menggunakan bahasa Inggris dan mempunyai kesan tersendiri bagi saya karena baru pertama kali mengikuti kuliah umum dengan penyaji materi bule. Bingung? podho :).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEORI RESIPROSITAS

Dewasa ini banyak ahli antropologi ekonomi yang menaruh perhatian terhadap gejala pertukaran yang menggunakan uang. Perhatian seperti ini sangat penting sejalan dengan kenyataan bahwa transformasi ekonomi tradisional menuju sistem ekonomi modern sedang melanda di berbagai tempat, sejak berkembangnya penjajahan sampai pada masa globalisasi sekarang ini. Resiprositas yang menjadi ciri pertukaran dalam perekonomian tradisional sedang berubah dan berhadapan dengan sistem pertukaran komersial. Sistem pertukaran mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap barang dan jasa, kesejahteraan hidup warga masyarakat disamping dipengaruhi oleh sistem produksi yang dipakai juga dipengaruhi pula oleh sistem perkawinan yang berlaku. Beberapa ahli telah mengulas konsep resiprositas dari Polanyi untuk menerangkan fenomena pertukaran dalam masyarakat yang menjadi perhatian mereka (Dalton, 1961;1968; Sahlins,1974; halperin dan Dow,1980). Secara sederhana resiprositas adalah p...

The Other Side of Heaven (Sebuah Resensi Film)

Menjadi seorang yang bisa dihargai dan diterima orang lain, kita harus pandai beradaptasi dengan lingkungan sosial yang ada. Itulah kata ringkas yang saya ambil setelah melihat Film The Other Side of Heaven. Film ini saya copy dari seorang teman yang bernama kerabat Bayu 'Kuro' Mahasiswa Antrop Unair  yang suka koleksi film yang tidak umum.  Film ini diambil dari kisah nyata dari seorang misionaris John H. Groberg yang berasal dari Amerika yang melakukan misi pelayanan firman Tuhan di daerah kepulauan Pasifik Selatan tepatnya di pulau Tonga pada tahun 50-an. Film yang berdurasi 113 menit ini diproduksi oleh Studio Walt Disney dan yang menjadi sutradara adalah Mitch Davis .  Sinopsis Berawal dari panggilan tugas untuk menjadi misionaris yang memberikan pelayanan di daerah Pasifik Selatan tepatnya di Pulau Tonga, John Groberg mendapat restu dari orang tua dan pacarnya, Jean,  akhirnya memutuskan melakukan pelayaran menuju luar Amerika tepatnya di Fiji. Fiji adalah cob...

Manusia dan Kebudayaan di Indonesia karya Prof. Koentjaraningrat

Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan Buku Manusia dan Kebudayaan di Indonesia adalah karya perdana dari para dosen Antropologi generasi pertama tanah air yang dimotori oleh Prof. Koentjaraningrat (Selanjutnya saya sebut dengan Prof Koen). Buku ini adalah karya etnografi yang hampir sebagian besar dihimpun dari data pustaka oleh berbagai macam antropolog masa perkembangan awal di Indonesia. Buku ini adalah representasi kebudayaan Indonesia dengan berbagai kompleksitasnya yang tersebar dari Sabang sampai Maeruke. Berdasarkan keterangan dari Prof.Koen pada bab pembuka yang menyatakan bahwa data yang diambil adalah data pustaka. Saya membaca buku ini merasa seperti bertamasya dalam keragaman dan kompleksitas kebudayaan di Indonesia yang dijelaskan dengan format khusus yang seakan baku. Format khusus yang saya maksud setelah membaca buku ini adalah pada setiap pembagian kebudayaan yang dibahas tampak penjelasan sistematis yang dibakukan m...