Langsung ke konten utama

Darurat Krisis Budaya Tulis (mukadimah)

"Gajah mati meninggalkan gading, akademisi mati meninggalkan karya tulis"

Antropologi budaya sebagai salah satu ilmu yang penuh kata-kata. Orang lebih akrab menyebut dengan kata kualitatif. Lantas kenapa saya mengambil judul darurat krisis budaya tulis?. Pertimbangannya dari penelusuran di toko buku beberapa waktu lalu yang melihat rak buku untuk antropologi masuk dalam kategori display buku 3 T. Tersedikit, Terpojok, dan Tersepi. Siapa yang salah di sini? Tidak bijak kalau saling menyalahkan. Walau dalam kenyataan lapangan, ada yang mengaku antropolog, akademisi tapi minim karya tulis. Mengutip tulisan Orta Starn dalam buku Writing Culture, terungkap kurang populernya antropologi karena jika menulis, kita kurang tahu bahkan tidak tahu mau atau dari mana. Semacam disorientasi. Jika terjadi yang demikian semakin tidak jelas alur juntrungannya. Mau untuk formalitas semata, atau ingin merubah menjadi bacaan yang dapat dinikmati banyak kalangan. Anne Fadiman berkelakar bahwa jurnalis justru lebih etnografis tulisannya walau tidak semuanya lulusan dari antropologi. Kembali pada rak buku, antropologi berikut buku-bukunya kurang bisa mengikuti kecenderungan umum yang mainstream. Terlebih dalam pusaran pasar buku non fiksi. Ilmu sosial yang lain bisa terdisplay lebih dari satu rak.
Secara khusus postingan ini sebagai pembuka postingan seri dengan tema budaya tulis (writing culture).
"It's still just about impossible to get tenure at a major research university. If you haven't published a book".
Selamat menulis, mari menulis.
Menulislah maka kamu ada.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEORI RESIPROSITAS

Dewasa ini banyak ahli antropologi ekonomi yang menaruh perhatian terhadap gejala pertukaran yang menggunakan uang. Perhatian seperti ini sangat penting sejalan dengan kenyataan bahwa transformasi ekonomi tradisional menuju sistem ekonomi modern sedang melanda di berbagai tempat, sejak berkembangnya penjajahan sampai pada masa globalisasi sekarang ini. Resiprositas yang menjadi ciri pertukaran dalam perekonomian tradisional sedang berubah dan berhadapan dengan sistem pertukaran komersial. Sistem pertukaran mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap barang dan jasa, kesejahteraan hidup warga masyarakat disamping dipengaruhi oleh sistem produksi yang dipakai juga dipengaruhi pula oleh sistem perkawinan yang berlaku. Beberapa ahli telah mengulas konsep resiprositas dari Polanyi untuk menerangkan fenomena pertukaran dalam masyarakat yang menjadi perhatian mereka (Dalton, 1961;1968; Sahlins,1974; halperin dan Dow,1980). Secara sederhana resiprositas adalah p...

The Other Side of Heaven (Sebuah Resensi Film)

Menjadi seorang yang bisa dihargai dan diterima orang lain, kita harus pandai beradaptasi dengan lingkungan sosial yang ada. Itulah kata ringkas yang saya ambil setelah melihat Film The Other Side of Heaven. Film ini saya copy dari seorang teman yang bernama kerabat Bayu 'Kuro' Mahasiswa Antrop Unair  yang suka koleksi film yang tidak umum.  Film ini diambil dari kisah nyata dari seorang misionaris John H. Groberg yang berasal dari Amerika yang melakukan misi pelayanan firman Tuhan di daerah kepulauan Pasifik Selatan tepatnya di pulau Tonga pada tahun 50-an. Film yang berdurasi 113 menit ini diproduksi oleh Studio Walt Disney dan yang menjadi sutradara adalah Mitch Davis .  Sinopsis Berawal dari panggilan tugas untuk menjadi misionaris yang memberikan pelayanan di daerah Pasifik Selatan tepatnya di Pulau Tonga, John Groberg mendapat restu dari orang tua dan pacarnya, Jean,  akhirnya memutuskan melakukan pelayaran menuju luar Amerika tepatnya di Fiji. Fiji adalah cob...

Manusia dan Kebudayaan di Indonesia karya Prof. Koentjaraningrat

Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan Buku Manusia dan Kebudayaan di Indonesia adalah karya perdana dari para dosen Antropologi generasi pertama tanah air yang dimotori oleh Prof. Koentjaraningrat (Selanjutnya saya sebut dengan Prof Koen). Buku ini adalah karya etnografi yang hampir sebagian besar dihimpun dari data pustaka oleh berbagai macam antropolog masa perkembangan awal di Indonesia. Buku ini adalah representasi kebudayaan Indonesia dengan berbagai kompleksitasnya yang tersebar dari Sabang sampai Maeruke. Berdasarkan keterangan dari Prof.Koen pada bab pembuka yang menyatakan bahwa data yang diambil adalah data pustaka. Saya membaca buku ini merasa seperti bertamasya dalam keragaman dan kompleksitas kebudayaan di Indonesia yang dijelaskan dengan format khusus yang seakan baku. Format khusus yang saya maksud setelah membaca buku ini adalah pada setiap pembagian kebudayaan yang dibahas tampak penjelasan sistematis yang dibakukan m...