Langsung ke konten utama

Pengetahuan Lokal itu untuk Siapa?

Pengetahuan lokal atau yang lebih dikenal dengan kearifan lokal menjadi salah satu bahan pembicaraan yang menarik. Local Wisdom ada yang menyebutnya. LIPI Press pada tanggal 22 Juli mengadakan webinar sebagai bentuk kick off dari program Akuisisi Pengetahuan Lokal yang telah berjalan setahun terakhir. Webinar ini turut dihadiri oleh Plh. Kelapa LIPI: Pak Agus, Kepala BRIN: L.T. Handoko, Anggota DPR dari Golkar: Mbak Dyah Roro yang membahas pengetahuan lokal masyarakat Bawean-Gresik. 

Webinar Akuisisi Pengetahuan Lokal bersama LIPI Press


Menurut Antropolog LIPI dari bidang Kependudukan: Herry Yogaswara lebih tepatnya menggunakan istilah pengetahuan lokal. Karena budaya bersifat relatif. Bicara kearifan lokal tidak bisa disamaratakan. Ada nilai lokal yang bagi masyarakat A dianggap baik belum tentu baik bagi masyarakat B. Jadi lebih universal jika menggunakan kata pengetahuan lokal. Sebagai sebuah filosofi budaya yang memegang teguh lokalitas dari suatu daerah secara kontekstual. Siapa pemilik pengetahuan lokal tersebut dan apa kontribusi dan manfaat untuk orang lain? Pengetahuan lokal menjadi sesuatu yang dimiliki dan diwariskan secara turun temurun oleh sebuah komunitas. Pengetahuan lokal dapat menjadi referensi untuk daerah lain dalam menghadapi berbagai fenomena. Oleh karena itu guna program Akuisisi LIPI adalah sebagai sarana menyebarluarkan pengetahuan lokal. Pengetahuan lokal yang mengglobal. Seperti cerita Smong di Aceh dan Nias yang membuat beberapa warga bisa terhindar dari Tsunami tahun 2004 karena pemahaman dan penghayatan pada cerita Tsunami masa lampau (awal 1900-an).  Pengetahuan lokal menjadi salah satu pondasi dalam membuat kebijakan. Kekayaan khasanah bangsa kita dapat menjadikan kita bangsa yang adiluhung. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEORI RESIPROSITAS

Dewasa ini banyak ahli antropologi ekonomi yang menaruh perhatian terhadap gejala pertukaran yang menggunakan uang. Perhatian seperti ini sangat penting sejalan dengan kenyataan bahwa transformasi ekonomi tradisional menuju sistem ekonomi modern sedang melanda di berbagai tempat, sejak berkembangnya penjajahan sampai pada masa globalisasi sekarang ini. Resiprositas yang menjadi ciri pertukaran dalam perekonomian tradisional sedang berubah dan berhadapan dengan sistem pertukaran komersial. Sistem pertukaran mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap barang dan jasa, kesejahteraan hidup warga masyarakat disamping dipengaruhi oleh sistem produksi yang dipakai juga dipengaruhi pula oleh sistem perkawinan yang berlaku. Beberapa ahli telah mengulas konsep resiprositas dari Polanyi untuk menerangkan fenomena pertukaran dalam masyarakat yang menjadi perhatian mereka (Dalton, 1961;1968; Sahlins,1974; halperin dan Dow,1980). Secara sederhana resiprositas adalah p...

The Other Side of Heaven (Sebuah Resensi Film)

Menjadi seorang yang bisa dihargai dan diterima orang lain, kita harus pandai beradaptasi dengan lingkungan sosial yang ada. Itulah kata ringkas yang saya ambil setelah melihat Film The Other Side of Heaven. Film ini saya copy dari seorang teman yang bernama kerabat Bayu 'Kuro' Mahasiswa Antrop Unair  yang suka koleksi film yang tidak umum.  Film ini diambil dari kisah nyata dari seorang misionaris John H. Groberg yang berasal dari Amerika yang melakukan misi pelayanan firman Tuhan di daerah kepulauan Pasifik Selatan tepatnya di pulau Tonga pada tahun 50-an. Film yang berdurasi 113 menit ini diproduksi oleh Studio Walt Disney dan yang menjadi sutradara adalah Mitch Davis .  Sinopsis Berawal dari panggilan tugas untuk menjadi misionaris yang memberikan pelayanan di daerah Pasifik Selatan tepatnya di Pulau Tonga, John Groberg mendapat restu dari orang tua dan pacarnya, Jean,  akhirnya memutuskan melakukan pelayaran menuju luar Amerika tepatnya di Fiji. Fiji adalah cob...

Manusia dan Kebudayaan di Indonesia karya Prof. Koentjaraningrat

Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan Buku Manusia dan Kebudayaan di Indonesia adalah karya perdana dari para dosen Antropologi generasi pertama tanah air yang dimotori oleh Prof. Koentjaraningrat (Selanjutnya saya sebut dengan Prof Koen). Buku ini adalah karya etnografi yang hampir sebagian besar dihimpun dari data pustaka oleh berbagai macam antropolog masa perkembangan awal di Indonesia. Buku ini adalah representasi kebudayaan Indonesia dengan berbagai kompleksitasnya yang tersebar dari Sabang sampai Maeruke. Berdasarkan keterangan dari Prof.Koen pada bab pembuka yang menyatakan bahwa data yang diambil adalah data pustaka. Saya membaca buku ini merasa seperti bertamasya dalam keragaman dan kompleksitas kebudayaan di Indonesia yang dijelaskan dengan format khusus yang seakan baku. Format khusus yang saya maksud setelah membaca buku ini adalah pada setiap pembagian kebudayaan yang dibahas tampak penjelasan sistematis yang dibakukan m...