Langsung ke konten utama

Antro Camp dan Kerabat Digital 2021

"Covid-19 came onto this stage and obliterated the one remaining obstacle to a digital future - human attitudes" (Fareed Zakaria) 

Ada yang berbeda dengan inisiasi antrop unair tahun ini. Bukan lagi antro camp di salah satu asrama sewaan sebuah kantor di Kota Surabaya. Rangkaian acara dilaksanakan secara daring. Berawal dari fasilitas google meeting sampai penggunaan Zoom.  Dari awal hingga puncak prosesi inisiasi dilakukan tanpa menimbulkan kerumuman. 

Cekrek Layar 1

Pandemi Covid-19 yang telah setahun melanda negeri memukul semua sektor kehidupan. Ada banyak perubahan yang harus dihadapi dan diterima. Kerja di rumah (WFH), sekolah daring, ibadah daring sampai banyak kaum rebahan yang berupaya produktif dalam ruang gerak yang terbatas. Termasuk mahasiswa Antropologi. Pandemi membawa konsekuensi dalam kuliah, penelitian, kuliah lapangan hingga mengupayakan regenerasi kerabat lewat KKA. 

Simak Juga: Antro Camp dan Regenerasi KKA 

Rangkaian acara diubah. Proses beradaptasi dengan berbagai hambatan termasuk masalah birokrasi. Sejak saya berangkat sekolah ke Jogja, kampus mulai membatasi kegiatan mahasiswa di luar. Dari outbond sampai berbagai kegiatan ospek yang lain. Kuliah lapangan khas anak antrop pun turut berubah. Bahkan  konon ada mata kuliah yang menghilangkan kode L. 

Cekrek Layar 2

Jika pada KKA masa dulu pada semua camp menggunakan pos yang melibatkan semua angkatan bahkan alumni, dari Jolotundo, Coban Talun, Bumi Perkemahan Sendi sampai Nongko Jajar. Era pandemi ada pos tersendiri yang bersifat daring. Pos zoom menjadi format baru dalam pelaksanaan Antro Camp. Panitia dengan kompak dan gagah berani mengadakan pertemuan daring sebagai pengganti sosialisasi acara yang dulu dilakukan di kampus sampai dini hari. 

Cekrek Layar 3
Saya berupaya partisipasi aktif menjalankan amanah dari panitia. Dari pertemuan di warkop, mengikuti rapat daring, mengisi materi seputar etnografi sampai menjadi tukang nguji esai peserta. Semua dilakukan karena sebagai bentuk kepedulian dan dalam rangka menjalin silaturahmi dengan para kerabat hebat.  21 Maret 2021 menjadi momen bersejarah karena melihat tarian inisiasi via daring. Tanpa bau dupa dan percikan bunga yang membuncah. Sebuah strategi adaptasi untuk menjaga eksistensi sebuah makna regenerasi kerabat dalam bentuk inisiasi daring. Selamat datang kerabat digital, kerabat antrop daring 2021. 

Cekrek Layar 3

Upacara inisiasi digital bagi saya menjadi terobosan keren. Cara cerdas dan kecermatan panitia dalam menyambut hidup yang serba digital. Sependapat dengan konsep Life is digital, menjadi salah satu pelajaran mendalam setelah pandemi melanda satu tahun. Dalam bukunya yang berjudul Ten Lessons for a post-pandemic world (2021), buku karya Fareed Zakaria yang menjadi best-selling author of the post-american world. Kehidupan dan pola hidup baru yang menyadarkan pada pentingnya hidup sehat, ceria, bermasker, menghindari kerumunan dan mengandalkan interaksi daring. Dunia nyata dan dunia maya semakin tidak jelas batasannya. 

Saya mengapresiasi kerempongan panitia dan respon peserta. Tidak lupa juga apresiasi khusus saat menyimak sesi tanya jawab meskipun pertanyaan yang masih terlontar masih pertanyaan standar nan normatif setidaknya ada kepedulian dan rasa keingintahuan. Sosialisasi yang intensif dari panitia lintas angkatan perlu juga direspon dengan hormat angkat topi. Dari sini masih ada kepedulian dari para kerabat untuk tetap menjalankan bus besar kerabat antrop. Istilah bus besar mengacu pada metafora oleh Pak Bos saat saya masih jadi panitia inisiasi. Bahwa kerabat ibarat bus, KKA proses awal menyalakan mesin. Ketua adalah sopir dan korlap sebagai co-pilot alis kernet. Regenerasi adalah perjalanan dan persinggahan dari satu terminal ke terminal lainnya. 

Cekrek Layar 4

Tiba pada penutup curhatan saya, seiring berakhirnya tarian dukun dan para jajarannya. Inisiasi menjadi sebuah media dengan sifat community oriented yang mengacu pada identifikasi dan ekspresi dari hidup berkomunitas. Yaitu kerabat antropologi. Kerabat yang tidak hanya menjadi sebutan semata, tapi sebagai identitas baru untuk selalu berjabat sepanjang hidup. Segala pengalaman dan rangkaian perasaan selama inisiasi di semua masa adalah sebuah monumen 'mental-spiritual'. Atau fakta mental (mental fact) yang ditinggalkan. Fakta mental bertalian dengan perilaku, perasaan batin, kerohanian yang mendasari suatu karya cipta. Kalau saya sendiri melihat dan mengalami bahwa inisiasi dan kerabat berkaitan dengan proses beretnografi. Itu hutang budi terbesar saya pada camp Jolotundo 2003 yang saat itu berlabel Antropologi Fair. 

Cekrek Layar 5

Semoga pandemi tidak mengubah produktivitas para kerabat. Dari kegiatan ringan nan receh sampai kegiatan ilmiah. Banyak diskusi yang ngartrop. Bedah buku terkini riset antropologi. Semakin memahami seluk beluk metode etnografi dengan segala dinamikanya. Akeh pancen karepe nangin ora ngerti dalane. Selamat berproses para kerabat. 

Cekrek Layar 6 

Komentar

  1. kerabat angkatan daring smg tetap guyub dan sukses kuliah di antropologi unair.
    Selamat datang adik2 baru.
    smg kuliahnya lancar dan berprestasi.

    BalasHapus
  2. Wah ada juga ya model begini. Aku di ub nggak tau apa ada yg begini apa nggak. Makasih Cak reportasenya!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEORI RESIPROSITAS

Dewasa ini banyak ahli antropologi ekonomi yang menaruh perhatian terhadap gejala pertukaran yang menggunakan uang. Perhatian seperti ini sangat penting sejalan dengan kenyataan bahwa transformasi ekonomi tradisional menuju sistem ekonomi modern sedang melanda di berbagai tempat, sejak berkembangnya penjajahan sampai pada masa globalisasi sekarang ini. Resiprositas yang menjadi ciri pertukaran dalam perekonomian tradisional sedang berubah dan berhadapan dengan sistem pertukaran komersial. Sistem pertukaran mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap barang dan jasa, kesejahteraan hidup warga masyarakat disamping dipengaruhi oleh sistem produksi yang dipakai juga dipengaruhi pula oleh sistem perkawinan yang berlaku. Beberapa ahli telah mengulas konsep resiprositas dari Polanyi untuk menerangkan fenomena pertukaran dalam masyarakat yang menjadi perhatian mereka (Dalton, 1961;1968; Sahlins,1974; halperin dan Dow,1980). Secara sederhana resiprositas adalah p...

The Other Side of Heaven (Sebuah Resensi Film)

Menjadi seorang yang bisa dihargai dan diterima orang lain, kita harus pandai beradaptasi dengan lingkungan sosial yang ada. Itulah kata ringkas yang saya ambil setelah melihat Film The Other Side of Heaven. Film ini saya copy dari seorang teman yang bernama kerabat Bayu 'Kuro' Mahasiswa Antrop Unair  yang suka koleksi film yang tidak umum.  Film ini diambil dari kisah nyata dari seorang misionaris John H. Groberg yang berasal dari Amerika yang melakukan misi pelayanan firman Tuhan di daerah kepulauan Pasifik Selatan tepatnya di pulau Tonga pada tahun 50-an. Film yang berdurasi 113 menit ini diproduksi oleh Studio Walt Disney dan yang menjadi sutradara adalah Mitch Davis .  Sinopsis Berawal dari panggilan tugas untuk menjadi misionaris yang memberikan pelayanan di daerah Pasifik Selatan tepatnya di Pulau Tonga, John Groberg mendapat restu dari orang tua dan pacarnya, Jean,  akhirnya memutuskan melakukan pelayaran menuju luar Amerika tepatnya di Fiji. Fiji adalah cob...

Manusia dan Kebudayaan di Indonesia karya Prof. Koentjaraningrat

Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan Buku Manusia dan Kebudayaan di Indonesia adalah karya perdana dari para dosen Antropologi generasi pertama tanah air yang dimotori oleh Prof. Koentjaraningrat (Selanjutnya saya sebut dengan Prof Koen). Buku ini adalah karya etnografi yang hampir sebagian besar dihimpun dari data pustaka oleh berbagai macam antropolog masa perkembangan awal di Indonesia. Buku ini adalah representasi kebudayaan Indonesia dengan berbagai kompleksitasnya yang tersebar dari Sabang sampai Maeruke. Berdasarkan keterangan dari Prof.Koen pada bab pembuka yang menyatakan bahwa data yang diambil adalah data pustaka. Saya membaca buku ini merasa seperti bertamasya dalam keragaman dan kompleksitas kebudayaan di Indonesia yang dijelaskan dengan format khusus yang seakan baku. Format khusus yang saya maksud setelah membaca buku ini adalah pada setiap pembagian kebudayaan yang dibahas tampak penjelasan sistematis yang dibakukan m...