"Covid-19 came onto this stage and obliterated the one remaining obstacle to a digital future - human attitudes" (Fareed Zakaria)
Ada yang berbeda dengan inisiasi antrop unair tahun ini. Bukan lagi antro camp di salah satu asrama sewaan sebuah kantor di Kota Surabaya. Rangkaian acara dilaksanakan secara daring. Berawal dari fasilitas google meeting sampai penggunaan Zoom. Dari awal hingga puncak prosesi inisiasi dilakukan tanpa menimbulkan kerumuman.
 |
Cekrek Layar 1 |
Pandemi Covid-19 yang telah setahun melanda negeri memukul semua sektor kehidupan. Ada banyak perubahan yang harus dihadapi dan diterima. Kerja di rumah (WFH), sekolah daring, ibadah daring sampai banyak kaum rebahan yang berupaya produktif dalam ruang gerak yang terbatas. Termasuk mahasiswa Antropologi. Pandemi membawa konsekuensi dalam kuliah, penelitian, kuliah lapangan hingga mengupayakan regenerasi kerabat lewat KKA.
Simak Juga: Antro Camp dan Regenerasi KKA
Rangkaian acara diubah. Proses beradaptasi dengan berbagai hambatan termasuk masalah birokrasi. Sejak saya berangkat sekolah ke Jogja, kampus mulai membatasi kegiatan mahasiswa di luar. Dari outbond sampai berbagai kegiatan ospek yang lain. Kuliah lapangan khas anak antrop pun turut berubah. Bahkan konon ada mata kuliah yang menghilangkan kode L.
 |
Cekrek Layar 2 |
Jika pada KKA masa dulu pada semua camp menggunakan pos yang melibatkan semua angkatan bahkan alumni, dari Jolotundo, Coban Talun, Bumi Perkemahan Sendi sampai Nongko Jajar. Era pandemi ada pos tersendiri yang bersifat daring. Pos zoom menjadi format baru dalam pelaksanaan Antro Camp. Panitia dengan kompak dan gagah berani mengadakan pertemuan daring sebagai pengganti sosialisasi acara yang dulu dilakukan di kampus sampai dini hari.
 |
Cekrek Layar 3 |
Saya berupaya partisipasi aktif menjalankan amanah dari panitia. Dari pertemuan di warkop, mengikuti rapat daring, mengisi materi seputar etnografi sampai menjadi tukang nguji esai peserta. Semua dilakukan karena sebagai bentuk kepedulian dan dalam rangka menjalin silaturahmi dengan para kerabat hebat. 21 Maret 2021 menjadi momen bersejarah karena melihat tarian inisiasi via daring. Tanpa bau dupa dan percikan bunga yang membuncah. Sebuah strategi adaptasi untuk menjaga eksistensi sebuah makna regenerasi kerabat dalam bentuk inisiasi daring. Selamat datang kerabat digital, kerabat antrop daring 2021.
 |
Cekrek Layar 3 |
Upacara inisiasi digital bagi saya menjadi terobosan keren. Cara cerdas dan kecermatan panitia dalam menyambut hidup yang serba digital. Sependapat dengan konsep Life is digital, menjadi salah satu pelajaran mendalam setelah pandemi melanda satu tahun. Dalam bukunya yang berjudul Ten Lessons for a post-pandemic world (2021), buku karya Fareed Zakaria yang menjadi best-selling author of the post-american world. Kehidupan dan pola hidup baru yang menyadarkan pada pentingnya hidup sehat, ceria, bermasker, menghindari kerumunan dan mengandalkan interaksi daring. Dunia nyata dan dunia maya semakin tidak jelas batasannya.
Saya mengapresiasi kerempongan panitia dan respon peserta. Tidak lupa juga apresiasi khusus saat menyimak sesi tanya jawab meskipun pertanyaan yang masih terlontar masih pertanyaan standar nan normatif setidaknya ada kepedulian dan rasa keingintahuan. Sosialisasi yang intensif dari panitia lintas angkatan perlu juga direspon dengan hormat angkat topi. Dari sini masih ada kepedulian dari para kerabat untuk tetap menjalankan bus besar kerabat antrop. Istilah bus besar mengacu pada metafora oleh Pak Bos saat saya masih jadi panitia inisiasi. Bahwa kerabat ibarat bus, KKA proses awal menyalakan mesin. Ketua adalah sopir dan korlap sebagai co-pilot alis kernet. Regenerasi adalah perjalanan dan persinggahan dari satu terminal ke terminal lainnya.
 |
Cekrek Layar 4 |
Tiba pada penutup curhatan saya, seiring berakhirnya tarian dukun dan para jajarannya. Inisiasi menjadi sebuah media dengan sifat community oriented yang mengacu pada identifikasi dan ekspresi dari hidup berkomunitas. Yaitu kerabat antropologi. Kerabat yang tidak hanya menjadi sebutan semata, tapi sebagai identitas baru untuk selalu berjabat sepanjang hidup. Segala pengalaman dan rangkaian perasaan selama inisiasi di semua masa adalah sebuah monumen 'mental-spiritual'. Atau fakta mental (mental fact) yang ditinggalkan. Fakta mental bertalian dengan perilaku, perasaan batin, kerohanian yang mendasari suatu karya cipta. Kalau saya sendiri melihat dan mengalami bahwa inisiasi dan kerabat berkaitan dengan proses beretnografi. Itu hutang budi terbesar saya pada camp Jolotundo 2003 yang saat itu berlabel Antropologi Fair.
 |
Cekrek Layar 5 |
Semoga pandemi tidak mengubah produktivitas para kerabat. Dari kegiatan ringan nan receh sampai kegiatan ilmiah. Banyak diskusi yang ngartrop. Bedah buku terkini riset antropologi. Semakin memahami seluk beluk metode etnografi dengan segala dinamikanya. Akeh pancen karepe nangin ora ngerti dalane. Selamat berproses para kerabat.
 |
Cekrek Layar 6 |
kerabat angkatan daring smg tetap guyub dan sukses kuliah di antropologi unair.
BalasHapusSelamat datang adik2 baru.
smg kuliahnya lancar dan berprestasi.
Wah ada juga ya model begini. Aku di ub nggak tau apa ada yg begini apa nggak. Makasih Cak reportasenya!
BalasHapus