Langsung ke konten utama

Postingan

An Anthropologist's Arrival: A Memoir

English ISBN: 0816530602 | 2014 | 238 pages Ruth M. Underhill (1883-1984) was one of the twentieth century's legendary anthropologists, forged in the same crucible as Franz Boas, Ruth Benedict, and Margaret Mead. After decades of trying to escape her Victorian roots, Underhill took on a new adventure at the age of forty-six, when she entered Columbia University as a doctoral student of anthropology. Celebrated now as one of America's pioneering anthropologists, Underhill reveals her life's journey in frank, tender, unvarnished revelations that form the basis of An Anthropologist's Arrival. This memoir, edited by Chip Colwell-Chanthaphonh and Stephen E. Nash, is based on unpublished archives, including an unfinished autobiography and interviews conducted prior to her death, held by the Denver Museum of Nature & Science. In brutally honest words, Underhill describes her uneven passage through life, beginning with a searing portrait of the Victorian ...

Darurat Krisis Budaya Tulis (mukadimah)

"Gajah mati meninggalkan gading, akademisi mati meninggalkan karya tulis" Antropologi budaya sebagai salah satu ilmu yang penuh kata-kata. Orang lebih akrab menyebut dengan kata kualitatif. Lantas kenapa saya mengambil judul darurat krisis budaya tulis?. Pertimbangannya dari penelusuran di toko buku beberapa waktu lalu yang melihat rak buku untuk antropologi masuk dalam kategori display buku 3 T. Tersedikit, Terpojok, dan Tersepi. Siapa yang salah di sini? Tidak bijak kalau saling menyalahkan. Walau dalam kenyataan lapangan, ada yang mengaku antropolog, akademisi tapi minim karya tulis. Mengutip tulisan Orta Starn dalam buku Writing Culture, terungkap kurang populernya antropologi karena jika menulis, kita kurang tahu bahkan tidak tahu mau atau dari mana. Semacam disorientasi. Jika terjadi yang demikian semakin tidak jelas alur juntrungannya. Mau untuk formalitas semata, atau ingin merubah menjadi bacaan yang dapat dinikmati banyak kalangan. Anne Fadiman berkelakar bahwa ...

Naik Sang Mantan

Catatan selasa pagi, 3 Maret 2015 bersama Sang Mantan...masih tersimpan kenangan bersama stiker di bagian atas dashboard , walaupun kain kelambu biru telah berganti menjadi soundsystem (catatan perjalanan Giwangan menuju Kulonprogo selepas bermalam di lambung lumba-lumba 7110) Bus Sumber yang menjadi Antar Jaya @Barat Terminal Giwangan Selepas turun di terminal Giwangan saya berjalan setengah sadar menuju perempatan selatan. Pagi itu jogja masih menggeliat. Pedagang berangkat dari atau pasar, kulakan istilahnya. Ada karyawan yang ngelaju. Orang-orang dengan mobilitas tinggi. Toko-toko di jalanan barat terminal masih berbenah. Ada yang selalu tidak berubah. Jasa parkir motor yang selalu dijaga 25jam. Aroma sedap bumbu dapur yang digoreng membumbunf dari belakang dapur warung. Kebetulan pagi itu telah terguyur hujan pada malam harinya. Kubangan kecil ada di mana-mana. Pagi dingin yang menggeliat. ..tetap seperti dulu walau tanpa kelambu Barat perempatan terminal telah banyak o...

Sehari dangdut dalam Bus

Catatan 16 Maret 2015 Efek kopi ijo sak mug, buah tangan Ncoz dari Tulungagung membuat mata tidak bisa merem, dari bungurasih-giwangan, tapi terbayar dg sajian full New Pallapa dr sumber w7351.   Perjalanan sehari penuh dilengkapi oleh beragam suara. Ada asongan, teriakan kondektur, pengamen yang hilir mudik, suara penumpang menelopon di ponsel dan yang tidak ketinggalan dangdut koplo. Sudah menjadi ciri khas bus dengan lagunya.  Berdasar pengalaman saya naik bus ada kategori lagu dan trayek. Khusus bus bungurasih ke timur (Banyuwangi) dan tujuan Madura musik banyuwangian adalah pilihannya. Lagu-lagunya menggunakan bahasa osing, yang berbeda dengan bahasa Jawa. Misalnya bunga atau kembang dieja dengan kata kembyang. Artis banyuwangian mengalami dinamika dari tema lagu dan penampilan. Saya masih ingat ada Catur Arum dengan Patrol orkes banyuwangi (POB), menyanyikan lagu tentang permainan layangan. Demi yang mirip pemain bola terkenal menyanyi lagu kanggo riko. Terakhir yang s...

Menakar Formulasi Tulisan dari Tradisional menuju Kontemporer (bagian 1)

Menulis menjadi keharusan bagi mahasiswa tingkat apapun. Terlebih lagi jika kita menekuni bidang yang 'serakah' yaitu Antropologi. Serakah karena apapun dipelajari dengan menggunakan berbagai pendekatan dan pilihan paradigma. Musim ujian menjadi musim orang sibuk mengumpulkan laporan atau tugas tulisan (paper).  Ada yang mengeluh, ada yang galau.   Itulah perlunya kita membuat outline tulisan agar tidak ribet pada masalah teknis yang bisa membuat krisis.  Alex Gallego UK's Artwork Gaya penulisan orang tiap orang boleh beda, namun untuk urusan teknis hampir setiap kampus bahkan negara mempunyai standar tersendiri. Berikut adalah pola tradisional menurut H.L (Bud) Goodall, Jr (199:48)  yang terdiri dari tiga bagian yaitu introduction, body dan conclusion .  Saya perinci sebagai sebagai berikut:  Introduction Gain the attention of the audience by identifying the general issue I plan to pursue within an existing body of literature; Stat...

Review Kuliah Umum "Embodiment" bersama Prof. Dr. Annete Hornbacher

Tanggal 8 Agustus 2012 menjadi awal saya menuntut ilmu di Jogja, sembari mengurus persyaratan untuk sekolah lagi saya sempatkan untuk datang menghadiri kuliah umum. Inilah momentum dua kali saya menjadi mahasiswa KW di UGM. Jika pada masa skripsi menyusup di mata kuliah Antropologi Visual yang diampu oleh Prof P.M Laksono, pada kuliah umum ini saya menjadi "mahasiswa" UGM kembali. Kuliah ini menghadirkan Prof. Dr. Annete Hornbacher dari Institut Fur Ethnologie Karl-Ruprecht Heidelberg Universitat dengan pokok bahasan tentang Embodiment.  Siapa sangka kuliah yang dimoderatori oleh Mas Lono (yang kini menjadi pembimbing tesis kesayangan) lebih banyak menggunakan bahasa Inggris. Kalau masih 'jalan' gigi satu saya masih paham tapi kalau berbicara sedikit ngebut saya cuma manggut-manggut, ya inilah pertama kalinya merasakan kuliah dengan menggunakan bahasa Inggris. Berikut beberapa catatan selama mengikuti kuliah umum: Pendekatan secara kritis perlu digunakan unt...

A Scientific Theory of Culture and Other Essays (Bronislaw Malinowski)

Buku karya Malinowski yang ditulis pada tahun 1944 ini memberikan penjelasan tentang seluk beluk dari antropologi sebagai kajian keilmuwan. Malinowski lebih menekankan pada pengetahuan tentang kebudayaan yang dibahas sampai 13 sub bab. Dalam review ini saya menjelaskan tiga sub bab awal tulisan yang membahas tentang kebudayaan sebagai subyek investigasi keilmuwan, definisi sederhana secara keilmuwan pada humanisme dan konsep serta metode dalam antropologi. Antropologi lebih dikenal dengan studi tentang manusia, label ini dipakai sejak kemunculan awal antropologi sebagai kajian keilmuwan sampai hari ini. Manusia dipelajari dari pola kehidupan, perilaku, interaksi, benda material yang dihasilkan sampai pada perkembangan suatu peradaban. Semua ini adalah kebudayaan, sebagai tema pokok dalam kajian tentang manusia. Antropologi mempelajari manusia dari aspek yang lebih luas, selain fisik juga pada aspek folklore, prasejarah sampai pada budaya yang kerap sedikit mengalami ketercampuran ...