Langsung ke konten utama

Postingan

Relevansi Inisiasi di masa Antrop Kekinian: Sebuah Catatan Pojok Tenda

Pada suatu Jumat di tahun 2003, setelah melewati beragam acara penyambutan. Ya, disambut seperti orang penting. Tapi penyambutannya bukan karangan bunga atau karpet merah. Tapi dengan serangkaian acara. Acara penuh lelah, dari ospek Universitas (bangun pagi, naik sepeda pancal dari Petemon menuju Kampus C Unair untuk acara penyambutan mahasiswa baru), ospek Fakultas (bangun lebih pagi lagi, nginap di kos salah satu panitia, apel pagi-siang-sore, menjadi ketua regu kelompok Gramsi, tugas mencatat warta berita jam 9 malam di TVRI, simulasi demo sampai disemprot mobil tangki air di lapangan barat Fisip), dan ospek jurusan. Saat itu saya sebagai mahasiswa baru, orang kota baru pula, berpikir akan mengalami proses yang kurang lebih sama ketika mengikuti ospek di fakultas. Bertemu senior gondrong, berbaris di lapangan sampai ada tim khusus yang bergerak kilat nan galak jika ada yang melakukan -ataupun dianggap salah. Timdis namanya. Ini yang lebih pantas disebut sebagai macan kampus s...

Inisiasi Antropologi Unair 2015 (sekilas reportase)

Ada pandangan antropologi tanpa inisiasi ibarat lebaran tanpa mudik. Benar, namanya tradisi susah untuk lekang termakan zaman. Tapi perubahan yang disesuaikan dengan kondisi jaman. Tanggal 10 Oktober 2015, usai ngopi dan mengantarkan istri ngantor. Saya melajukan motor ke arah barat, dari Pasuruan kota via Japanan lurus Mojosari dan mlipir ke selatan menuju arah Pacet. Walau sempat nyasar ke wisata Pemandian tapi tetap penasaran dengan tkp, perkemahan Sendi.  Udara sejuk menjadi petunjuk, motor Revo hitan semakin garang lewat medan tanjakan. Ini pertama kali saya sambang ke inisiasi format baru, biasanya tempat pelaksanaan lebih banyak di Jolotundo, Coban Talun atau pernah di Nongko Jajar. Desa Sendi menjadi tempat baru sejak kepindahan saya ke Jogja tahun 2012. Tempatnya lapang, lembah yang bersuasana layaknya planet mars, siang menyengat malam menggigil. Jika mata memandang ke utara tampak gagah gunung Welirang. Sampai di lokasi siang hari, panitia dan pioner bekerja. Pesert...

An Anthropologist's Arrival: A Memoir

English ISBN: 0816530602 | 2014 | 238 pages Ruth M. Underhill (1883-1984) was one of the twentieth century's legendary anthropologists, forged in the same crucible as Franz Boas, Ruth Benedict, and Margaret Mead. After decades of trying to escape her Victorian roots, Underhill took on a new adventure at the age of forty-six, when she entered Columbia University as a doctoral student of anthropology. Celebrated now as one of America's pioneering anthropologists, Underhill reveals her life's journey in frank, tender, unvarnished revelations that form the basis of An Anthropologist's Arrival. This memoir, edited by Chip Colwell-Chanthaphonh and Stephen E. Nash, is based on unpublished archives, including an unfinished autobiography and interviews conducted prior to her death, held by the Denver Museum of Nature & Science. In brutally honest words, Underhill describes her uneven passage through life, beginning with a searing portrait of the Victorian ...

Darurat Krisis Budaya Tulis (mukadimah)

"Gajah mati meninggalkan gading, akademisi mati meninggalkan karya tulis" Antropologi budaya sebagai salah satu ilmu yang penuh kata-kata. Orang lebih akrab menyebut dengan kata kualitatif. Lantas kenapa saya mengambil judul darurat krisis budaya tulis?. Pertimbangannya dari penelusuran di toko buku beberapa waktu lalu yang melihat rak buku untuk antropologi masuk dalam kategori display buku 3 T. Tersedikit, Terpojok, dan Tersepi. Siapa yang salah di sini? Tidak bijak kalau saling menyalahkan. Walau dalam kenyataan lapangan, ada yang mengaku antropolog, akademisi tapi minim karya tulis. Mengutip tulisan Orta Starn dalam buku Writing Culture, terungkap kurang populernya antropologi karena jika menulis, kita kurang tahu bahkan tidak tahu mau atau dari mana. Semacam disorientasi. Jika terjadi yang demikian semakin tidak jelas alur juntrungannya. Mau untuk formalitas semata, atau ingin merubah menjadi bacaan yang dapat dinikmati banyak kalangan. Anne Fadiman berkelakar bahwa ...

Naik Sang Mantan

Catatan selasa pagi, 3 Maret 2015 bersama Sang Mantan...masih tersimpan kenangan bersama stiker di bagian atas dashboard , walaupun kain kelambu biru telah berganti menjadi soundsystem (catatan perjalanan Giwangan menuju Kulonprogo selepas bermalam di lambung lumba-lumba 7110) Bus Sumber yang menjadi Antar Jaya @Barat Terminal Giwangan Selepas turun di terminal Giwangan saya berjalan setengah sadar menuju perempatan selatan. Pagi itu jogja masih menggeliat. Pedagang berangkat dari atau pasar, kulakan istilahnya. Ada karyawan yang ngelaju. Orang-orang dengan mobilitas tinggi. Toko-toko di jalanan barat terminal masih berbenah. Ada yang selalu tidak berubah. Jasa parkir motor yang selalu dijaga 25jam. Aroma sedap bumbu dapur yang digoreng membumbunf dari belakang dapur warung. Kebetulan pagi itu telah terguyur hujan pada malam harinya. Kubangan kecil ada di mana-mana. Pagi dingin yang menggeliat. ..tetap seperti dulu walau tanpa kelambu Barat perempatan terminal telah banyak o...

Sehari dangdut dalam Bus

Catatan 16 Maret 2015 Efek kopi ijo sak mug, buah tangan Ncoz dari Tulungagung membuat mata tidak bisa merem, dari bungurasih-giwangan, tapi terbayar dg sajian full New Pallapa dr sumber w7351.   Perjalanan sehari penuh dilengkapi oleh beragam suara. Ada asongan, teriakan kondektur, pengamen yang hilir mudik, suara penumpang menelopon di ponsel dan yang tidak ketinggalan dangdut koplo. Sudah menjadi ciri khas bus dengan lagunya.  Berdasar pengalaman saya naik bus ada kategori lagu dan trayek. Khusus bus bungurasih ke timur (Banyuwangi) dan tujuan Madura musik banyuwangian adalah pilihannya. Lagu-lagunya menggunakan bahasa osing, yang berbeda dengan bahasa Jawa. Misalnya bunga atau kembang dieja dengan kata kembyang. Artis banyuwangian mengalami dinamika dari tema lagu dan penampilan. Saya masih ingat ada Catur Arum dengan Patrol orkes banyuwangi (POB), menyanyikan lagu tentang permainan layangan. Demi yang mirip pemain bola terkenal menyanyi lagu kanggo riko. Terakhir yang s...

Menakar Formulasi Tulisan dari Tradisional menuju Kontemporer (bagian 1)

Menulis menjadi keharusan bagi mahasiswa tingkat apapun. Terlebih lagi jika kita menekuni bidang yang 'serakah' yaitu Antropologi. Serakah karena apapun dipelajari dengan menggunakan berbagai pendekatan dan pilihan paradigma. Musim ujian menjadi musim orang sibuk mengumpulkan laporan atau tugas tulisan (paper).  Ada yang mengeluh, ada yang galau.   Itulah perlunya kita membuat outline tulisan agar tidak ribet pada masalah teknis yang bisa membuat krisis.  Alex Gallego UK's Artwork Gaya penulisan orang tiap orang boleh beda, namun untuk urusan teknis hampir setiap kampus bahkan negara mempunyai standar tersendiri. Berikut adalah pola tradisional menurut H.L (Bud) Goodall, Jr (199:48)  yang terdiri dari tiga bagian yaitu introduction, body dan conclusion .  Saya perinci sebagai sebagai berikut:  Introduction Gain the attention of the audience by identifying the general issue I plan to pursue within an existing body of literature; Stat...