Pada suatu Jumat di tahun 2003, setelah melewati beragam acara penyambutan. Ya, disambut seperti orang penting. Tapi penyambutannya bukan karangan bunga atau karpet merah. Tapi dengan serangkaian acara. Acara penuh lelah, dari ospek Universitas (bangun pagi, naik sepeda pancal dari Petemon menuju Kampus C Unair untuk acara penyambutan mahasiswa baru), ospek Fakultas (bangun lebih pagi lagi, nginap di kos salah satu panitia, apel pagi-siang-sore, menjadi ketua regu kelompok Gramsi, tugas mencatat warta berita jam 9 malam di TVRI, simulasi demo sampai disemprot mobil tangki air di lapangan barat Fisip), dan ospek jurusan. Saat itu saya sebagai mahasiswa baru, orang kota baru pula, berpikir akan mengalami proses yang kurang lebih sama ketika mengikuti ospek di fakultas. Bertemu senior gondrong, berbaris di lapangan sampai ada tim khusus yang bergerak kilat nan galak jika ada yang melakukan -ataupun dianggap salah. Timdis namanya. Ini yang lebih pantas disebut sebagai macan kampus s...