Langsung ke konten utama

Postingan

Buku Culture and Resource Conflict: Why Meanings Matter

 Culture and Resource Conflict: Why Meanings Matter Judul:  Culture and Resource Conflict: Why Meanings Matter by Douglas Medin, Norbert Ross, and Douglas Cox Tahun:  2006 Penerbit: Russell Sage Foundation ISBN: 0871545705 Halaman: 239Pages Ketika terjadi potensi konflik bahkan terjadi suatu konflik yang krusial, bagaimana peran pendekatan budaya?  Bagaimana sumbangsih penelitian etnografi melalui pendekatan budaya dapat mengatasi potensi konflik di suatu kawasan? Mengapa masalah perebutan sumber daya alam menjadi potensi kerawanan konflik? Buku ini menjadi salah satu rujukan dalam membahas dan menjawab beberapa pertanyaan di atas, kolaborasi antara pakar pendidikan, antropolog dan ekolog menjadikan perspektif budaya dapat berkelindan dengan sistem nilai kelingkungan dan kebudayaan. Dalam masyarakat multikultur, perbedaan menjadi hal yang lumrah dan di sisi lain menjadi pemicu kerawananan termasuk terjadinya konflik melalui kompetisi perilaku dan perbe...

Alur Riset Studi Kasus

Studi Kasus adalah salah satu metode dalam penelitian yang fokus pada permasalahan khusus.  Permasalahan yang bermuatan kasus bagaimana menjawab pertanyaan 'bagaimana' atau 'mengapa'? . Studi ini investigator mempunyai sedikit kontrol dalam fenomena yang ada dan fokus pada fenomena kontemporer dengan konteks kehidupan nyata.  Studi kasus juga relevan dipergunakan untuk menjawab fenomena sosial bahkan beberapa fenomena secara mendalam,  baik dalam pendalaman maupun penggambaran datanya.  Apakah antropologi dapat menggunakan metode ini?  Tentu saja bisa,  kalau dipersandingkan tentu menjadi sajian holistik dan sarat kebermaknaan yang sifatnya lebih dekat dengan realitas. Namun dalam situasi tertentu bisa terjadi saling tumpang tindih. Ada beberapa pendekatan yang harus dibedakan mengingat fenomena yang spesifik perlu pendekatan yang spesifik pula.  Contoh topik umum dalam studi misalnya hubungan diplomatik antar negara, hubungan dengan ...

Relevansi Inisiasi di masa Antrop Kekinian: Sebuah Catatan Pojok Tenda

Pada suatu Jumat di tahun 2003, setelah melewati beragam acara penyambutan. Ya, disambut seperti orang penting. Tapi penyambutannya bukan karangan bunga atau karpet merah. Tapi dengan serangkaian acara. Acara penuh lelah, dari ospek Universitas (bangun pagi, naik sepeda pancal dari Petemon menuju Kampus C Unair untuk acara penyambutan mahasiswa baru), ospek Fakultas (bangun lebih pagi lagi, nginap di kos salah satu panitia, apel pagi-siang-sore, menjadi ketua regu kelompok Gramsi, tugas mencatat warta berita jam 9 malam di TVRI, simulasi demo sampai disemprot mobil tangki air di lapangan barat Fisip), dan ospek jurusan. Saat itu saya sebagai mahasiswa baru, orang kota baru pula, berpikir akan mengalami proses yang kurang lebih sama ketika mengikuti ospek di fakultas. Bertemu senior gondrong, berbaris di lapangan sampai ada tim khusus yang bergerak kilat nan galak jika ada yang melakukan -ataupun dianggap salah. Timdis namanya. Ini yang lebih pantas disebut sebagai macan kampus s...

Inisiasi Antropologi Unair 2015 (sekilas reportase)

Ada pandangan antropologi tanpa inisiasi ibarat lebaran tanpa mudik. Benar, namanya tradisi susah untuk lekang termakan zaman. Tapi perubahan yang disesuaikan dengan kondisi jaman. Tanggal 10 Oktober 2015, usai ngopi dan mengantarkan istri ngantor. Saya melajukan motor ke arah barat, dari Pasuruan kota via Japanan lurus Mojosari dan mlipir ke selatan menuju arah Pacet. Walau sempat nyasar ke wisata Pemandian tapi tetap penasaran dengan tkp, perkemahan Sendi.  Udara sejuk menjadi petunjuk, motor Revo hitan semakin garang lewat medan tanjakan. Ini pertama kali saya sambang ke inisiasi format baru, biasanya tempat pelaksanaan lebih banyak di Jolotundo, Coban Talun atau pernah di Nongko Jajar. Desa Sendi menjadi tempat baru sejak kepindahan saya ke Jogja tahun 2012. Tempatnya lapang, lembah yang bersuasana layaknya planet mars, siang menyengat malam menggigil. Jika mata memandang ke utara tampak gagah gunung Welirang. Sampai di lokasi siang hari, panitia dan pioner bekerja. Pesert...

An Anthropologist's Arrival: A Memoir

English ISBN: 0816530602 | 2014 | 238 pages Ruth M. Underhill (1883-1984) was one of the twentieth century's legendary anthropologists, forged in the same crucible as Franz Boas, Ruth Benedict, and Margaret Mead. After decades of trying to escape her Victorian roots, Underhill took on a new adventure at the age of forty-six, when she entered Columbia University as a doctoral student of anthropology. Celebrated now as one of America's pioneering anthropologists, Underhill reveals her life's journey in frank, tender, unvarnished revelations that form the basis of An Anthropologist's Arrival. This memoir, edited by Chip Colwell-Chanthaphonh and Stephen E. Nash, is based on unpublished archives, including an unfinished autobiography and interviews conducted prior to her death, held by the Denver Museum of Nature & Science. In brutally honest words, Underhill describes her uneven passage through life, beginning with a searing portrait of the Victorian ...

Darurat Krisis Budaya Tulis (mukadimah)

"Gajah mati meninggalkan gading, akademisi mati meninggalkan karya tulis" Antropologi budaya sebagai salah satu ilmu yang penuh kata-kata. Orang lebih akrab menyebut dengan kata kualitatif. Lantas kenapa saya mengambil judul darurat krisis budaya tulis?. Pertimbangannya dari penelusuran di toko buku beberapa waktu lalu yang melihat rak buku untuk antropologi masuk dalam kategori display buku 3 T. Tersedikit, Terpojok, dan Tersepi. Siapa yang salah di sini? Tidak bijak kalau saling menyalahkan. Walau dalam kenyataan lapangan, ada yang mengaku antropolog, akademisi tapi minim karya tulis. Mengutip tulisan Orta Starn dalam buku Writing Culture, terungkap kurang populernya antropologi karena jika menulis, kita kurang tahu bahkan tidak tahu mau atau dari mana. Semacam disorientasi. Jika terjadi yang demikian semakin tidak jelas alur juntrungannya. Mau untuk formalitas semata, atau ingin merubah menjadi bacaan yang dapat dinikmati banyak kalangan. Anne Fadiman berkelakar bahwa ...

Naik Sang Mantan

Catatan selasa pagi, 3 Maret 2015 bersama Sang Mantan...masih tersimpan kenangan bersama stiker di bagian atas dashboard , walaupun kain kelambu biru telah berganti menjadi soundsystem (catatan perjalanan Giwangan menuju Kulonprogo selepas bermalam di lambung lumba-lumba 7110) Bus Sumber yang menjadi Antar Jaya @Barat Terminal Giwangan Selepas turun di terminal Giwangan saya berjalan setengah sadar menuju perempatan selatan. Pagi itu jogja masih menggeliat. Pedagang berangkat dari atau pasar, kulakan istilahnya. Ada karyawan yang ngelaju. Orang-orang dengan mobilitas tinggi. Toko-toko di jalanan barat terminal masih berbenah. Ada yang selalu tidak berubah. Jasa parkir motor yang selalu dijaga 25jam. Aroma sedap bumbu dapur yang digoreng membumbunf dari belakang dapur warung. Kebetulan pagi itu telah terguyur hujan pada malam harinya. Kubangan kecil ada di mana-mana. Pagi dingin yang menggeliat. ..tetap seperti dulu walau tanpa kelambu Barat perempatan terminal telah banyak o...