Langsung ke konten utama

Postingan

Naik Sang Mantan

Catatan selasa pagi, 3 Maret 2015 bersama Sang Mantan...masih tersimpan kenangan bersama stiker di bagian atas dashboard , walaupun kain kelambu biru telah berganti menjadi soundsystem (catatan perjalanan Giwangan menuju Kulonprogo selepas bermalam di lambung lumba-lumba 7110) Bus Sumber yang menjadi Antar Jaya @Barat Terminal Giwangan Selepas turun di terminal Giwangan saya berjalan setengah sadar menuju perempatan selatan. Pagi itu jogja masih menggeliat. Pedagang berangkat dari atau pasar, kulakan istilahnya. Ada karyawan yang ngelaju. Orang-orang dengan mobilitas tinggi. Toko-toko di jalanan barat terminal masih berbenah. Ada yang selalu tidak berubah. Jasa parkir motor yang selalu dijaga 25jam. Aroma sedap bumbu dapur yang digoreng membumbunf dari belakang dapur warung. Kebetulan pagi itu telah terguyur hujan pada malam harinya. Kubangan kecil ada di mana-mana. Pagi dingin yang menggeliat. ..tetap seperti dulu walau tanpa kelambu Barat perempatan terminal telah banyak o...

Sehari dangdut dalam Bus

Catatan 16 Maret 2015 Efek kopi ijo sak mug, buah tangan Ncoz dari Tulungagung membuat mata tidak bisa merem, dari bungurasih-giwangan, tapi terbayar dg sajian full New Pallapa dr sumber w7351.   Perjalanan sehari penuh dilengkapi oleh beragam suara. Ada asongan, teriakan kondektur, pengamen yang hilir mudik, suara penumpang menelopon di ponsel dan yang tidak ketinggalan dangdut koplo. Sudah menjadi ciri khas bus dengan lagunya.  Berdasar pengalaman saya naik bus ada kategori lagu dan trayek. Khusus bus bungurasih ke timur (Banyuwangi) dan tujuan Madura musik banyuwangian adalah pilihannya. Lagu-lagunya menggunakan bahasa osing, yang berbeda dengan bahasa Jawa. Misalnya bunga atau kembang dieja dengan kata kembyang. Artis banyuwangian mengalami dinamika dari tema lagu dan penampilan. Saya masih ingat ada Catur Arum dengan Patrol orkes banyuwangi (POB), menyanyikan lagu tentang permainan layangan. Demi yang mirip pemain bola terkenal menyanyi lagu kanggo riko. Terakhir yang s...

Menakar Formulasi Tulisan dari Tradisional menuju Kontemporer (bagian 1)

Menulis menjadi keharusan bagi mahasiswa tingkat apapun. Terlebih lagi jika kita menekuni bidang yang 'serakah' yaitu Antropologi. Serakah karena apapun dipelajari dengan menggunakan berbagai pendekatan dan pilihan paradigma. Musim ujian menjadi musim orang sibuk mengumpulkan laporan atau tugas tulisan (paper).  Ada yang mengeluh, ada yang galau.   Itulah perlunya kita membuat outline tulisan agar tidak ribet pada masalah teknis yang bisa membuat krisis.  Alex Gallego UK's Artwork Gaya penulisan orang tiap orang boleh beda, namun untuk urusan teknis hampir setiap kampus bahkan negara mempunyai standar tersendiri. Berikut adalah pola tradisional menurut H.L (Bud) Goodall, Jr (199:48)  yang terdiri dari tiga bagian yaitu introduction, body dan conclusion .  Saya perinci sebagai sebagai berikut:  Introduction Gain the attention of the audience by identifying the general issue I plan to pursue within an existing body of literature; Stat...

Review Kuliah Umum "Embodiment" bersama Prof. Dr. Annete Hornbacher

Tanggal 8 Agustus 2012 menjadi awal saya menuntut ilmu di Jogja, sembari mengurus persyaratan untuk sekolah lagi saya sempatkan untuk datang menghadiri kuliah umum. Inilah momentum dua kali saya menjadi mahasiswa KW di UGM. Jika pada masa skripsi menyusup di mata kuliah Antropologi Visual yang diampu oleh Prof P.M Laksono, pada kuliah umum ini saya menjadi "mahasiswa" UGM kembali. Kuliah ini menghadirkan Prof. Dr. Annete Hornbacher dari Institut Fur Ethnologie Karl-Ruprecht Heidelberg Universitat dengan pokok bahasan tentang Embodiment.  Siapa sangka kuliah yang dimoderatori oleh Mas Lono (yang kini menjadi pembimbing tesis kesayangan) lebih banyak menggunakan bahasa Inggris. Kalau masih 'jalan' gigi satu saya masih paham tapi kalau berbicara sedikit ngebut saya cuma manggut-manggut, ya inilah pertama kalinya merasakan kuliah dengan menggunakan bahasa Inggris. Berikut beberapa catatan selama mengikuti kuliah umum: Pendekatan secara kritis perlu digunakan unt...

A Scientific Theory of Culture and Other Essays (Bronislaw Malinowski)

Buku karya Malinowski yang ditulis pada tahun 1944 ini memberikan penjelasan tentang seluk beluk dari antropologi sebagai kajian keilmuwan. Malinowski lebih menekankan pada pengetahuan tentang kebudayaan yang dibahas sampai 13 sub bab. Dalam review ini saya menjelaskan tiga sub bab awal tulisan yang membahas tentang kebudayaan sebagai subyek investigasi keilmuwan, definisi sederhana secara keilmuwan pada humanisme dan konsep serta metode dalam antropologi. Antropologi lebih dikenal dengan studi tentang manusia, label ini dipakai sejak kemunculan awal antropologi sebagai kajian keilmuwan sampai hari ini. Manusia dipelajari dari pola kehidupan, perilaku, interaksi, benda material yang dihasilkan sampai pada perkembangan suatu peradaban. Semua ini adalah kebudayaan, sebagai tema pokok dalam kajian tentang manusia. Antropologi mempelajari manusia dari aspek yang lebih luas, selain fisik juga pada aspek folklore, prasejarah sampai pada budaya yang kerap sedikit mengalami ketercampuran ...

Resensi Buku: Land Reform dari Masa ke Masa ( Noer Fauzi Rachman)

Judul        :  Landreform dari masa ke masa Penulis     :   Noer F Rachman Tebal        : Penerbit   :  Tanah Air Beta, Yogyakarta  ISBN        :  Pada acara student day tahap akhir beberapa waktu lalu, saya menayangkan satu film dokumenter yang berjudul  Mama Malind su Hilang (Our Land Has Gone)   karya  Nanang Sanjaya yang menceritakan penderitaan suku Maling Anim di Desa Zanegi akibat proyek global yang turut melibatkan pemerintah daerah setempat. Permasalahan tanah menjadi hal yang pelik jika dimaknai sebagai aset dalam konteks neoliberaliseme.  Bagaimana peran yang signifikan dari institusi-institusi yang berhubungan dengan masalah pertanahan dalam membaca situasi yang berkembang dewasa ini, apakah berpihak pada kepentingan rakyat atau justru mencari formula yang  baik untuk menjadi ujung tombak politik pe...

KITA, ALAM DAN KESEIMBANGAN : Mading Zulala yang Juara

Kulonprogo, 19 September 2013 Manusia, alam dan harmoni menjadi satu bagian yang tidak dapat terlepas. Manusia membutuhkan alam dan alam membutuhkan manusia dan keduanya membutuhkan harmoni. Harmoni merupakan suatu keseimbangan pada keberlangsungan kehidupan. Ketika sedang asyik 'berburu dan meramu' buku digital untuk bahan kuliah secara mengejutkan ada yang mengabarkan sesuatu yang menarik dan tentu saja membuat bangga. Antropologi UB juara dalam mading 3D dan menjadi jawara alias juara satu, tentu menjadi sebuah kebanggaan. Sebuah kerja keras yang mendedikasikan waktu, tenaga dan loyalitas untuk keharuman nama jurusan.  Mading Zulala's Crew Atas 'kerajinan tangan' dari kelima kru sebagaimana foto di atas, sebuah mading atau majalah dinding dengan format 3D terbentuk sampai menjadi juara. Tentu saja pencapaian yang tidak gratis atau semudah membalik tangan. Kata Zulala mempunyai sejarah panjang dan tentu mengandung makna khusus bagi antropologi UB. Kali in...